Dua pendekar tua itu telah menancapkan tombaknya di pilar langit
Merayakan amukan rindu yang menggemuruh hingga di rongga kalbu
Senja rebah di hari Jum’at yang indah
Jurus-jurus tanpa bayangan itu seakan menjadi babak akhir bagi negeri yang kian hangus
Entah kenapa kedua pendekar tua itu kusebut pujangga
Barangkali karena atap langit tanpa penyangga
Atau mihrab di Masjid Nogotirto senja itu bermandi cahaya
Kubaca diam-diam Qunut Nazilah bagi negeri ini
Doa pamungkas bagi cinta yang terus meranggas
Bagi kesetiaan yang tanpa dan tiada berbekas
Kucatat kalam suci di lubuk hati
Saat dua penggembala ini bertukar alamat untuk bertemu seusai kiamat
(Gus Nas/Putra Gus Mus)
Jogja, penghujung Desember 2018)